Indonesia dan Denmark Gigit Jari
China
akhirnya berhasil membawa pulang 4 gelar juara di turnamen ini sekaligus
membuktikan bahwa dominasi para pemainnya masih sulit untuk dipatahkan
sedangkan 1 gelar lainnya berhasil di persembahkan oleh Lee Chong Wei untuk
publik setia Malaysia yang terus mendukungnya hingga partai pamungkas.
Sementara itu dua finalis lainnya harus puas dengan membawa gelar runner up ke
negara masing-masing.
Taufik
Hidayat yang diharapkan mampu menjadi tumpuan terakhir untuk mempersembahkan
gelar di sektor tunggal putra ternyata harus mengakui kedigjayaan peringkat
satu dunia, sekaligus juara 6 kali turnamen ini, Lee Chong Wei setelah
berjibaku selama hampir 40 menit. Hasil ini sebenarnya sudah diprediksi dari
awal karena berdasarkan rekor pertemuan 16 kali antara kedua pemain, Chong Wei
mampu memenangkan 10 diantaranya. Terlebih mengingat tunggal terbaik Malaysia
tersebut bermain dengan dukungan sebagian besar dari penonton yang hadir
memenuhi Stadium Putra Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
Permainan
memukau Lee di depan net dan beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan oleh
Taufik membuat Lee mampu menguasai jalannya pertandingan di set pertama.
Setelah unggul 8-5, Lee semakin sulit terkejar dan memaku Taufik saat
keududukan 13-8. Permainan Taufik yang serba salah, berhasil dipatahkan oleh
Lee untuk memetik 8 poin beruntun dan menutup set ini 21-8.
Kejayaan
Lee terus berlanjut hingga memasuki set kedua. Diantara riuhnya dukungan publik
Malaysia, Lee kembali unggul jauh 12-4, 16-6 dan 18-8 ketika kolaborasi
permainan taktis dan penempatan bola yang akurat sulit dikembalikan dengan
sempurna oleh Taufik. Namun kematangan dari seorang Taufik, peraih emas
Olimpiade 2004 ini ternyata masih mampu bermain cukup tenang meskipun saat-saat
mendekati poin-poin kritis yang akan mengantarkan Lee pada kemenangannya.
Berkat keuletannya, Taufik perlahan mampu memperkecil selisih poin dengan
meraih 9 angka berturut-turut dan mengubah kedudukan menjadi 17-18. Namun sayangnya
ritme permainan Taufik kembali berhasil di kuasai oleh Lee dengan membukukan 3
poin beriringan untuk menyudahi perlawanan Taufik, 21-17.
“Saya
ikut berbahagia untuk Chong Wei,” papar Taufik usai pertandingan. “Dia seorang
pemain yang sangat bertalenta dan saat ini sudah saatnya dia menjuarai
Kejuaraan Dunia ataupun merebut emas Olimpiade yang belum pernah dia lakukan
sebelumnya,” aku Taufik dengan penuh sportivitas.
Sementara
itu Lee Chong Wei mengaku senang bisa tampil maksimal di depan fans Malaysia
yang senantiasa mendukungnya hingga akhir pertandingan.
“Saya
sangat puas dengan performa saya di turnamen ini karena saya bermain di depan
pendukung saya dan saya tidak ingin mengecewakan mereka,” urai Chong Wei yang
berharap dapat kembali menemukan permainan terbaiknya ketika mengikuti Korea
Open pekan depan.
Setali
tiga uang dengan Taufik, duet beda generasi asal Denmark, Mads Conrad/ Jonas
Rasmussen juga harus puas mengantongi gelar runner up setelah ditundukkan oleh
wakil China, Chai Biao/ Guo Zhendong. Meskipun di paruh awal set pertama dan
kedua pasangan Denmark mampu mengimbangi permainan Chai/Guo, namun di paruh
akhir pasangan China yang lebih unggul dalam hal tempo serangan dan penempatan
bola di depan net selalu mampu mendikte jalannya pertandingan sebelum menamatkan
partai ini 21-16, 21-14.
“Kita
sudah berusaha maksimal, namun sayangnya kita masih belum menemukan celah untuk
dapat menaklukkan mereka,” sahut Jonas yang mengakui bahwa pasangan China
sedang berada dalam performa terbaik mereka.
“Kita
mampu menyajikan permainan reli yang terbaik dan saya kira penonton cukup
menikmati suguhan permainan kita tadi,” tambahnya kemudian.
Saat
ditanya perihal perbedaan generasi antara dirinya dan Mads, Jonas menjawab
dengan santai, “Saya masih muda kok! Saya masih punya waktu beberapa tahun ke
depan untuk bermain bersama dia (Mads, red).”
Sementara
itu Chai/ Guo yang berhasil mengantongi hadiah US$ 31,600 berharap asosiasi
bulutangkis China akan tetap mengizinkan mereka untuk terus berpasangan sampai
dengan Olimpiade London tahun depan.
“Kita
berdua pasangan baru, namun saya merasa sangat nyaman bersama Guo. Saya harap
asosiasi bulutangkis kita dapat mengizinkan kita untuk terus berpasangan sampai
dengan Olimpiade 2012,” ungkap Chai Biao dengan penuh harapan.
Sementara
itu di tiga nomor lainnya yang menyajikan partai sesama pebulutangkis China
berjalan cukup fair (tanpa diwarnai walkover, red) dan memberikan entertain
tersendiri bagi para penonton. He Hanbin/ Ma Jin (5) berhasil meraih gelar
perdana mereka setelah menundukkan Tao Jiaming/Tian Qing (5), 21-13, 13-21,
21-16.
“Ini
adalah gelar pertama kami dan saya berharap akan ada gelar-gelar lainnya di
masa yang akan datang. Kemenangan yang cukup baik untuk mengawali awal tahun
ini,” papar Hanbin yang mengaku masih dalam proses beradaptasi dengan Ma Jin
sebagai pasangan baru.
Sementara
itu Ma Jin berharap dapat terus berpasangan dengan Hanbin, “Saya berharap bisa
terus berpasangan dengan dia dan di turnamen ini kita sudah membuktikan bahwa
kolaborasi permainan kita merupakan yang terbaik.”
Di
sektor putri, Wang Shixian (2) akirnya membuktikan sebagai yang terbaik setelah
menekuk Wang Yihan (3) 21-18, 21-14 sedangkan Tian Qing/ Zhao Yunlei (8) harus
berjuang selama 50 menit untuk menyabet gelar perdana mereka dengan melumpuhkan
Yu Yang/Wang Xiaoli, 21-12, 6-21, 21-17.
“Pertandingan
yang sangat ketat tapi kami berhasil membuktikan menjadi yang terbaik meskipun
baru beberapa bulan di pasangkan,” celoteh Tian Qing.
“Para
fans disini sangat luar biasa dan saya harap tahun depan dapat kembali lagi
bermain disini dan mempertahankan gelar juara kita,” tambahnya kemudian seraya
bergegas menunju bendara untuk mengejar pesawat ke Korea.