Selasa, 11 Oktober 2011

Proton Malaysia Open Super Series 2011


Indonesia dan Denmark Gigit Jari



China akhirnya berhasil membawa pulang 4 gelar juara di turnamen ini sekaligus membuktikan bahwa dominasi para pemainnya masih sulit untuk dipatahkan sedangkan 1 gelar lainnya berhasil di persembahkan oleh Lee Chong Wei untuk publik setia Malaysia yang terus mendukungnya hingga partai pamungkas. Sementara itu dua finalis lainnya harus puas dengan membawa gelar runner up ke negara masing-masing.

Taufik Hidayat yang diharapkan mampu menjadi tumpuan terakhir untuk mempersembahkan gelar di sektor tunggal putra ternyata harus mengakui kedigjayaan peringkat satu dunia, sekaligus juara 6 kali turnamen ini, Lee Chong Wei setelah berjibaku selama hampir 40 menit. Hasil ini sebenarnya sudah diprediksi dari awal karena berdasarkan rekor pertemuan 16 kali antara kedua pemain, Chong Wei mampu memenangkan 10 diantaranya. Terlebih mengingat tunggal terbaik Malaysia tersebut bermain dengan dukungan sebagian besar dari penonton yang hadir memenuhi Stadium Putra Bukit Jalil, Kuala Lumpur. 

Permainan memukau Lee di depan net dan beberapa kesalahan sendiri yang dilakukan oleh Taufik membuat Lee mampu menguasai jalannya pertandingan di set pertama. Setelah unggul 8-5, Lee semakin sulit terkejar dan memaku Taufik saat keududukan 13-8. Permainan Taufik yang serba salah, berhasil dipatahkan oleh Lee untuk memetik 8 poin beruntun dan menutup set ini 21-8. 

Kejayaan Lee terus berlanjut hingga memasuki set kedua. Diantara riuhnya dukungan publik Malaysia, Lee kembali unggul jauh 12-4, 16-6 dan 18-8 ketika kolaborasi permainan taktis dan penempatan bola yang akurat sulit dikembalikan dengan sempurna oleh Taufik. Namun kematangan dari seorang Taufik, peraih emas Olimpiade 2004 ini ternyata masih mampu bermain cukup tenang meskipun saat-saat mendekati poin-poin kritis yang akan mengantarkan Lee pada kemenangannya. Berkat keuletannya, Taufik perlahan mampu memperkecil selisih poin dengan meraih 9 angka berturut-turut dan mengubah kedudukan menjadi 17-18. Namun sayangnya ritme permainan Taufik kembali berhasil di kuasai oleh Lee dengan membukukan 3 poin beriringan untuk menyudahi perlawanan Taufik, 21-17. 

“Saya ikut berbahagia untuk Chong Wei,” papar Taufik usai pertandingan. “Dia seorang pemain yang sangat bertalenta dan saat ini sudah saatnya dia menjuarai Kejuaraan Dunia ataupun merebut emas Olimpiade yang belum pernah dia lakukan sebelumnya,” aku Taufik dengan penuh sportivitas. 

Sementara itu Lee Chong Wei mengaku senang bisa tampil maksimal di depan fans Malaysia yang senantiasa mendukungnya hingga akhir pertandingan. 

“Saya sangat puas dengan performa saya di turnamen ini karena saya bermain di depan pendukung saya dan saya tidak ingin mengecewakan mereka,” urai Chong Wei yang berharap dapat kembali menemukan permainan terbaiknya ketika mengikuti Korea Open pekan depan. 

Setali tiga uang dengan Taufik, duet beda generasi asal Denmark, Mads Conrad/ Jonas Rasmussen juga harus puas mengantongi gelar runner up setelah ditundukkan oleh wakil China, Chai Biao/ Guo Zhendong. Meskipun di paruh awal set pertama dan kedua pasangan Denmark mampu mengimbangi permainan Chai/Guo, namun di paruh akhir pasangan China yang lebih unggul dalam hal tempo serangan dan penempatan bola di depan net selalu mampu mendikte jalannya pertandingan sebelum menamatkan partai ini 21-16, 21-14. 

“Kita sudah berusaha maksimal, namun sayangnya kita masih belum menemukan celah untuk dapat menaklukkan mereka,” sahut Jonas yang mengakui bahwa pasangan China sedang berada dalam performa terbaik mereka. 

“Kita mampu menyajikan permainan reli yang terbaik dan saya kira penonton cukup menikmati suguhan permainan kita tadi,” tambahnya kemudian. 

Saat ditanya perihal perbedaan generasi antara dirinya dan Mads, Jonas menjawab dengan santai, “Saya masih muda kok! Saya masih punya waktu beberapa tahun ke depan untuk bermain bersama dia (Mads, red).” 

Sementara itu Chai/ Guo yang berhasil mengantongi hadiah US$ 31,600 berharap asosiasi bulutangkis China akan tetap mengizinkan mereka untuk terus berpasangan sampai dengan Olimpiade London tahun depan. 

“Kita berdua pasangan baru, namun saya merasa sangat nyaman bersama Guo. Saya harap asosiasi bulutangkis kita dapat mengizinkan kita untuk terus berpasangan sampai dengan Olimpiade 2012,” ungkap Chai Biao dengan penuh harapan. 

Sementara itu di tiga nomor lainnya yang menyajikan partai sesama pebulutangkis China berjalan cukup fair (tanpa diwarnai walkover, red) dan memberikan entertain tersendiri bagi para penonton. He Hanbin/ Ma Jin (5) berhasil meraih gelar perdana mereka setelah menundukkan Tao Jiaming/Tian Qing (5), 21-13, 13-21, 21-16. 

“Ini adalah gelar pertama kami dan saya berharap akan ada gelar-gelar lainnya di masa yang akan datang. Kemenangan yang cukup baik untuk mengawali awal tahun ini,” papar Hanbin yang mengaku masih dalam proses beradaptasi dengan Ma Jin sebagai pasangan baru. 

Sementara itu Ma Jin berharap dapat terus berpasangan dengan Hanbin, “Saya berharap bisa terus berpasangan dengan dia dan di turnamen ini kita sudah membuktikan bahwa kolaborasi permainan kita merupakan yang terbaik.” 

Di sektor putri, Wang Shixian (2) akirnya membuktikan sebagai yang terbaik setelah menekuk Wang Yihan (3) 21-18, 21-14 sedangkan Tian Qing/ Zhao Yunlei (8) harus berjuang selama 50 menit untuk menyabet gelar perdana mereka dengan melumpuhkan Yu Yang/Wang Xiaoli, 21-12, 6-21, 21-17. 

“Pertandingan yang sangat ketat tapi kami berhasil membuktikan menjadi yang terbaik meskipun baru beberapa bulan di pasangkan,” celoteh Tian Qing. 

“Para fans disini sangat luar biasa dan saya harap tahun depan dapat kembali lagi bermain disini dan mempertahankan gelar juara kita,” tambahnya kemudian seraya bergegas menunju bendara untuk mengejar pesawat ke Korea.

Victor Korea Open Premier SS 2011


 Jung Jae Sung / Lee Yong Dae
Puaskan Fanatisme Publik Korea



          Duet Jung Jae Sung/Lee Yong Dae akhirnya mampu memuaskan harapan publik Olympic Gymnasium sekaligus menyelamatkan ‘muka’ sebagai tuan rumah dengan mempersembahkan gelar semata wayang bagi Korea. Lee Chong Wei yang diharapkan mampu menjinakkan ambisi Super Dan untuk gelar ke-4 China di turnamen ini ternyata harus pupus setelah berjibaku rubber game selama 74 menit.

        Wakil Denmark untuk keduakalinya harus menelan pil pahit setelah kembali gagal mempersembahkan gelar untuk negara mereka meskipun berhasil meloloskan diri ke partai puncak. Skenario mempertemukan Mathias/Carsten (1) dengan jagoan Korea, Jung/Lee di luar dugaan ternyata tidak seperti yang diharapkan seperti yang terjadi pada Super Series Finals awal Januari yang lalu. Sejak set pertama, pasangan Denmark tidak mampu mengeluarkan performa terbaiknya dan bermain di bawah tekanan tandem Korea. Banyaknya kesalahan sendiri yang dilakukan oleh Mathias/Carsten juga memudahkan Jung/Lee untuk menutup set pertama dengan skor telak 21-6.

         Meskipun sempat bangkit dan mulai menekan dengan permainan agresifnya di paruh awal set pertama, duo Denmark sayangnya tidak berhasil tampil rapi dan kembali banyak melakukan ‘unforced error’ yang tidak perlu. Tak terkejar di angka 18-10, kembali Jung/Lee menamatkan set ini dengan relatif mudah, 21-13 yang sekaligus memastikan gelar ketiga mereka di turnamen ini.

    “Kami mendapatkan dukungan yang luar biasa dari para penonton”, ungkap Jae Sung setelah pertandingan. “Senang rasanya bisa mempertahankan gelar tahun lalu”, tambahnya kemudian. Lee Yong Dae sendiri tidak menyangka akan mendapatkan kemenangan ini dengan relatif mudah. “Saya kira pertandingan ini akan berlangsung ketat, tapi kalian (fans, red) membuat kami mampu melaluinya dengan mudah. Semoga tahun depan kita bisa mempertahankannya kembali”, ungkap Yong Dae.

      Sementera itu di sektor tunggal putra, juara dua edisi beruntun, Lee Chong Wei (1) gagal memendam hasratnya untuk gelar ketiga sekaligus meredam ambisi ‘Super’ Dan untuk mempersembahkan mahkota ke-4 bagi negaranya di turnamen ini. Meskipun partai Lin Dan-Chong Wei tidak semenarik dan seketat pertandingan antara Lin Dan-Simon di babak sebelumnya, namun duel klasik antara kedua pemain ini tetap ditunggu oleh publik tuan rumah yang rela bersabar hingga partai terakhir.

       Lin Dan sebenarnya sudah menguasai jalannya pertandingan sejak set pertama. Meskipun di poin-poin kritis, Chong Wei mampu membalikkan keadaan dari tertinggal 15-17 memimpin dengan 18-17, Lin Dan kembali berhasil mempercepat ritme permainannya dan menamatkan set ini lebih dulu 21-19. Permainan ‘santai’ Lin Dan di set kedua membuat Chong Woi mampu membalikkan keadaan dan menguasai jalannya pertandingan. Meskipun mampu meminimalisir selisih poin dari 4-10 di paruh awal set kedua menjadi 13-15, disertai dengan pukulan-pukulan ‘unik’ yang diperagakan oleh kedua pemain, Lin Dan akhirnya harus menyerah 14-21.

        Kesetaraan permainan antara keduanya benar-benar terlihat di set ketiga ketika terjadi saling mengejar angka dengan selisih tidak lebih dari 2 poin hingga kedudukan 16-16. Permainan taktis Lin Dan yang mampu mengatur ritme permainannya dengan sangat cepat mampu diadaptasi dengan pertahanan yang baik dari Lee Chong Wei hingga Lin Dan merebut 5 poin beriringan dan menyudahi perlawanan Chong Wei 21-16. Dengan kemenangan ini Lin Dan tidak hanya berhak atas poin sebesar 9400 tapi juga hadiah uang sebesar USD$90,000.

      Di sektor ganda putri dan campuran, permainan antara para wakil China juga tak kalah menariknya sehingga pantas disebut sebagai ‘partai final’. Wang Xiaoli/Yu Yang (6) harus berjibaku dalam reli-reli panjang khususnya di set pertama dan kedua sebelum memetik gelar atas Tian Qing/Zhao Yunlei, 21-18, 19-21, 21-4. Kemenangan ini sekaligus merupakan ‘revenge’ yang sempurna atas kekalahan mereka pada turnamen Malaysia Open SS pekan lalu.

    Sementara itu, duel antara Tian Qing dan Zhao Yunlei yang baru terjadi di partai ke-4 akhirnya dimenangkan oleh Zhang Nan/Zhao Yunlei (6) juga melalui perjuangan 70 menit, 21-17, 13-21, 21-19. Meskipun sempat mendominasi di set kedua, pasangan Tao Jiaming/Tian Qing kalah gesit di set ketiga khususnya saat menghadapi poin-poin kritis.

      Aksi ‘balas dendam’ juga mulus dilakukan oleh Wang Yihan (3) atas kompatriotnya, Wang Shixian (2) yang mengalahkannya pekan lalu di Kuala Lumpur. Meskipun sempat tampil cemerlang di paruh akhir set kedua, penampilan Shixian yang lebih ‘kalem’ membuat Yihan mampu terus menekan dan meraih kemenangan dua set langsung, 21-14, 21-18.